JAKARTA, Berita HUKUM - Virus mematikan Middle East Respiratory Sindrome Coronavirus (MERS-CoV) tengah menjadi bahasan dunia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merekomendasikan sejumlah warga Indonesia dengan kriteria tertentu menunda perjalanan umroh ke Arab Saudi dalam waktu dekat menyusul merebaknya virus MERS.
Anjuran ini ditujukan kepada orang tua di atas 65 tahun, calon jamaah dengan penyakit kronis--seperti penyakit jantung, ginjal, saluran pernafasan, dan diabetes--wanita hamil, dan anak-anak di bawah usia 12 tahun.
Warga yang memiliki kekebalan tubuh kurang baik, mengidap kanker, atau penyakit-penyakit akut, juga disarankan untuk menunda perjalanan.
Ketua Umum IDI, Zaenal Abidin, mengatakan ada risiko yang lebih tinggi bagi orang-orang dengan kriteria tersebut untuk terkena MERS di Arab Saudi. Adapun orang-orang di luar kategori itu masih bisa melakukan perjalanan umroh dengan memperhatikan sejumlah hal.
"Di tempat tujuan, jika tujuannya beribadah, beribadah saja, tidak perlu pergi ke peternakan atau ke tempat lain, jaga pola makan sehat dan hidup bersih dapat mencegah penularan," kata Zaenal dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/5).
Pencegahan
Hingga saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Klik kekhawatirannya atas penyebaran virus MERS. Namun belum ada larangan untuk berpergian ke Arab Saudi, yang akhir-akhir ini Klik kasusnya meningkat tajam.
Zaenal mengatakan bagi warga yang tetap pergi, sejumlah langkah pencegahan harus dilakukan, di antaranya:
Menghindari kontak dekat dengan orang yang memiliki gejala batuk dan bersin
Menutup mulut dan hidung saat bersin dan batuk
Mencuci tangan sesering mungkin setidaknya 15 sampai 30 detik dengan air dan sabun
Tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut
Menghindari kontak dekat dengan orang lain jika sakit
Menjaga benda-benda agar bersih dan didesinfeksi
Dianjurkan untuk tidak berdekatan dengan unta, tidak minum susu unta mentah atau makanan yang mungkin terkontaminasi
Wajib mewaspadai gangguan kesehatan saat perjalanan hingga 15 hari setelah pulang
Cera W Pitoyo, dokter spesialis penyakit paru-paru mengatakan jika jemaah memiliki gejala-gejala gangguan pernafasan berat, demam, atau diare, dalam jangka waktu dua hingga 14 hari setelah pulang dari Arab Saudi, maka warga harus waspada.
"Pergi ke rumah sakit yang terdekat, ungkapkan kecurigaan, dan dokter akan melakukan pemeriksaan termasuk mengambil sampel untuk dicek," katanya. Selama tahun 2014, tercatat sekitar 530.000 warga negara Indonesia pergi ke Arab Saudi guna menunaikan ibadah umroh.
Sementara, Menteri Kesehatan RI terkait wabah Virus Mers ini mengatakan, "Untuk (jemaah) umroh supaya menunda keberangkatan kalau bisa," ujar Nafsiah Mboi, Rabu (7/5).
Imbauan tersebut, kata Nafsiah, sesuai dengan saran perjalanan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Selain imbauan tersebut, Kementerian Kesehatan juga telah memberikan informasi ke seluruh masyarakat, terutama yang akan berangkat haji, untuk meningkatkan kewaspadaan penularan MERS.
Kendati demikian, Nafsiah menegaskan, imbauan tersebut khususnya berlaku bagi calon anggota jemaah yang sudah berusia di atas 65 tahun, sedang hamil, dan berusia di bawah usia 12 tahun, ataupun mereka yang sudah punya penyakit penyerta.
Namun, ada pertimbangan khusus dalam hal ini. Pasalnya, kebanyakan calon anggota jemaah haji sudah menunggu bertahun-tahun untuk mendapat kuota demi perjalanan ibadahnya. "Kalau mendadak dibilang tidak boleh bagaimana? Tentu itu masih harus dicari jalan keluarnya," kata Nafsiah.
Menurut Nafsiah, perjalanan ibadah haji dan umrah sampai saat ini bukan perjalanan larangan. Namun, calon anggota jemaah hendaknya juga memperhatikan saran perjalanan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Sementara, arabnews.com pada Kamis (8/5) memberitakan, Ada Empat orang Inggris telah menyerah di Timur Tengah karena Sindrom Pernapasan (MERS) coronavirus, dan akan mengambil korban lebih lanjut sampai ada 121, Departemen Kesehatan mengumumkan pada Kamis ini.
Dalam update diposting di situsnya Rabu malam, kementerian juga mengumumkan ada 18 infeksi MERS baru, meningkatkan jumlahnya menjadi 449.
Satu orang yang tewas, seorang wanita 65 tahun di Riyadh yang menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke otak, dirawat di sebuah rumah sakit pemerintah pada 12 April dan dia meninggal pada tanggal 6 Mei.
Tiga lainnya - seorang wanita 75 tahun di Jeddah, seorang pria 60 tahun di Jeddah dan seorang wanita 45 tahun di Riyadh - sebelumnya telah dicatat sebagai kasus yang dikonfirmasi dan semua meninggal pada tanggal 5 Mei, dalam laporannya.
Di antara 18 orang yang baru terinfeksi adalah seorang anak 10 tahun yang dibawa ke sebuah rumah sakit pemerintah di Jeddah setelah kecelakaan pada tanggal 29 April.
Setelah dia keluar dari rumah sakit pada tanggal 2 Mei, gejala MERS mulai muncul dan ia dilarikan ke ruang perawatan intensif.
Jeddah memiliki jumlah tertinggi infeksi baru sebanyak 8, diikuti oleh Riyadh dengan 5 orang, Madinah dengan 3, dan Makkah dan Najran memiliki masing-masing .
Pada hari Selasa, Menteri Kesehatan Bertindak Adel Fakeih menggantikan manajemen puncak dari Rumah Sakit King Fahd di Jeddah, dimana lonjakan infeksi MERS antara staf medis telah memicu kepanikan publik.
Fakieh kemudian mengumumkan kampanye kesadaran untuk membantu menghentikan penyebaran penyakit itu, mendesak orang tidak hanya mengikuti langkah-langkah yang ketat kebersihan, namun secara khusus untuk menghindari unta yang sakit dan menahan diri dari makan daging unta mentah atau minum susu unta direbus.
Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) setelah misi lima hari ke Jeddah menunjuk pelanggaran dalam "pencegahan infeksi yang direkomendasikan dan kontrol langkah-langkah" rilisnya sebagai ikut bertanggung jawab atas peningkatan infeksi di Jeddah.
Penyakit yang pertama kali muncul di kerajaan pada September 2012, kini telah terinfeksi total jumlah 449 Saudi, akuntansi untuk sebagian besar kasus yang terdaftar di seluruh dunia.
WHO mengatakan kenaikan baru-baru dalam jumlah infeksi tidak menunjukkan "perubahan signifikan dalam transmissibility virus."
"Sebagian besar infeksi dari manusia ke manusia terjadi di fasilitas perawatan kesehatan," katanya, menambahkan bahwa "seperempat dari semua kasus adalah petugas kesehatan."
Tim mendesak petugas kesehatan untuk meningkatkan "pengetahuan dan sikap" mereka tentang penyakit ini.
MERS dianggap sebagai sepupu mematikan namun kurang menular dari virus SARS yang meletus di Asia pada tahun 2003 dan 8.273 orang terinfeksi, sembilan persen di antaranya meninggal.
Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus untuk MERS, penyakit dengan angka kematian lebih dari 40 persen bahwa para ahli masih berjuang untuk memahaminya. Beberapa peneliti berpikir itu mungkin berasal dari unta.(BBC/arbn/tbn/bhc/sya) |